JOURNALISTIK
Hard News:
Selasa, 16/09/2014 15:29 WIB
Jokowi: 34 Kementerian Itu Bukan Angka Mati
Mulya Nurbilkis - detikNews
Jakarta - Presiden Terpilih Joko
Widodo telah mengumumkan kabinetnya akan diisi 34 kementerian. Namun,
jumlah itu masih bisa berubah jika dalam perjalanan pemerintahannya
nanti ada kementerian yang dirasa kurang efektif.
"34 Kementerian
itu bukan angka mati. Dalam proses berjalan nanti, kalau ada
kementerian yang memang tidak mendukung efisiensi bisa saja ditiadakan,"
kata Jokowi kepada wartawan di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan,
Jakarta, Selasa (16/9/2014).
Jokowi mengatakan mempertahankan
jumlah kementerian dilakukannya untuk mengantisipasi terhambatnya
pemerintahan dengan mencoba sistem baru. Dia ingin pemerintahan berjalan
terlebih dulu, lalu dievaluasi kementerian mana yang tak efektif.
"Dengan
kemarin debatnya kementerian 27, nanti kita nggak kerja hanya ngurusi
orang pindah tempat kerja. Demo karena ada kementerian yang hilang,"
ujarnya.
Jokowi mengajak menengok masa pemerintahan Gus Dur.
Menurutnya, waktu itu adaptasi penghilangan kementerian malah
mengakibatkan pemerintahan kesulitan memulai kerja.
"Sudah
kejadian waktu pemerintahan Gus Dur. Ada 2 kementerian yang dihilangkan
dan 2 tahun nggak rampung. Bukan sesuatu yang mudah," tuturnya.
JUALAN BUBUR,NORMAN KAMARAU HANYA SIDE JOB
Soft News:
Jualan Bubur, Norman Kamaru Hanya
Side Job
Minggu, 14 September 2014 - 04:04 wib | Raiza Andini - Okezone
Norman Kamaru (Foto : Okezone)
NAMA Norman Kamaru menjadi
perbincangan banyak orang, saat ini mantan briptu tersebut memiliki
bisnis baru yaitu Bubur Manado. Kasandra Putranto menerangkan bahwa
bisnis baru Norman merupakan
side job.
Psikolog ramah ini menyebut Norman sebagai pria idaman memiliki jiwa dan
fisik kuat. Meski tidak lagi menghiasi dunia hiburan di Ibukota, namun
dia berjuang memberi nafkah sang istri dengan sebuah usaha yang baik.
“Dia sedang menjalani side job, pekerjaan utamanya adalah menafkahi keluarga, jualan bubur Manado di Jakarta itu jarang lho. Itu
side jobnya dia,” tuturnya kepada
Okezone via telefon, baru-baru ini.
Perjuangan Norman Kamaru tidak bisa dianggap sebelah mata, dia
mengatakan bahwa usahanya tersebut tergolong unik. Pasalnya, belum ada
rumah makan yang menyediakan khusus bubur Manado.
Kasandra menambahkan, pria asal Gorontalo ini memiliki jiwa besar dari
bintang tenar mau membuka usaha dari kalangan menengah. Tak banyak orang
yang bisa melakukan hal tersebut.
“Dia itu pria bertanggung jawab dan berjiwa besar, meski sudah terpuruk dia mampu bangkit menjalankan sebuah usaha,” tutupnya.
Opini:
Hanya Orang "Sakit" yang Punya Gairah Menyakiti Orang Lain
Kamis, 3 Juli 2014 | 15:31 WIB
KOMPAS IMAGES Rhenald Kasali
Sejatinya, pemimpin itu ingin dikenal sebagai pemimpin yang berhasil.
Apalah artinya, kalau sekadar “berhasil menjadi presiden”. Apalagi bila
kelak gagal. Bukan cuma cacian, melainkan juga ancaman bagi kedamaian.
Sebab pemimpin yang gagal akan menuai konflik internal yang tajam dan
pembuatan benteng-benteng pertahanan diri yang berlebihan.
Maka
sebelum kegagalan tiba, calon presiden dan pengikut-pengikutnya harus
mengubah cara pandang. Dari mengedepankan “kepentingan teman-teman”
diubah menjadi "kepentingan umum”. Pasukan pemenangan kampanye mempunyai
karakteristik yang tak sama dengan pasukan pemenangan pembangunan.
Sejatinya
pula leadership adalah sebuah proses, bukan posisi. Maka jauhi orang
yang mengedepankan posisi dan fokuslah pada orang proses. Sejarah
mengajarkan, jagoan hebat menang di belakang, bukan yang tertawa di
depan. Lantas apa yang bisa mengikat pemimpin?
Landasan Moral
Sejatinya
juga, kita tak bisa mengevaluasi capres dari visi-misinya belaka. Dalam
ilmu manajemen visi-misi tak pernah terpisah dari values. Inilah landasan moral: Visi-Misi-Values.
Nah,
kalau kita bandingkan kedua capres, maka kita bisa dibuat bingung.
Karena banyak kesamaan jawaban dari sisi logika. Tak heran kalau capres
Prabowo Subianto sering mengucapkan “saya setuju”. Bisa jadi saat
menjawab, capres Joko Widodo menjelaskan terlebih dahulu. Atau bisa jadi
ia bisa menjelaskan dengan lebih artikulatif karena pengalaman riilnya.
Jadi secara logika “banyak kesamaan”.
Dan ini, membuat Anda yang
ingin memilih yang terbaik menjadi bingung. Sikap Anda berbeda dengan
sikap orang-orang yang fanatik, atau mereka yang telah bersikap.
Kalau boleh saya usulkan, cobalah evaluasi landasan moral mereka. Ya, values-nya.
Kita masih punya waktu untuk menilai, bahkan mengajukan pertanyaan,
menitipkannya pada para wartawan/moderator debat. Atau kalau tak bisa
juga, lakukan analisis pribadi saja.
Pertama, tanyakan
dan periksalah, apakah mereka dikelilingi oleh orang-orang yang punya
respek. Mudah kok. Orang-orang yang punya respek tak asal menghina,
tidak reaktif. Mereka tidak mencla-mencle, mereka tahu bahwa kampanye ini hanya 40 hari ketimbang 5 tahun di pemerintahan nanti. Jadi harusnya mereka berhitung.
Orang-orang
yang tak punya respek berorientasi pada apa yang diucapkan
lawan-lawannya, lalu mencari celah untuk menghina. Bukan untuk menguji.
Yang dihina pun adalah aspel-aspek emosional, seperti agama, suku,
keturunan, istilah, atau hal-hal lain yang bersifat fitnah.
Ingatlah,
rakyat tak respek pada pemimpin-pemimpin yang tak punya respek.
Orang-orang seperti itu akan sulit melakukan transformasi, karena
kehilangan trust.
Kedua, pelajari apakah mereka
mencari kebenaran atau pembenaran. Orang-orang yang mencari kebenaran
cenderung realistis dan mengakui kesalahan, bahkan tidak mengambil
orang-orang yang tak baik dalam teamnya. Sedangkan yang bekerja dengan
pembenaran akan selalu membenarkan yang tidak benar, sekalipun itu
perbuatan tercela.
Ketiga, adakah kekuatan “uang” di
balik semua dukungan yang diberikan? Meski hal ini sulit dibuktikan,
kita punya perasaan dan naluri. Uang akan membuat manusia buta terhadap
kebenaran, dan berani melacurkan moralitas.
Keempat,
“sakit hati”. Apakah pemimpin mau menjauhi dirinya dari kelompok sakit
hati? Ingatlah, hanya orang-orang yang “sakit” yang punya kegairahan
untuk menyakiti orang lain. Orang-orang seperti ini harusnya dikasihani,
diterapi, bukan diberi jabatan. Karena mereka dapat menjadi duri dalam
daging.
Kelima, musuh terbesar no 1 bukan no 2, dan
musuh terbesar no 2 bukanlah no 1, melainkan no 1 melawan no 1, no 2
melawan no 2. Moral yang harus dibangun kelak, pertama-tama bukanlah
moral rakyat atau birokasi pemerintahan, melainkan moral para timses dan
pengurus partai politik masing-masing. Maaf, harus saya katakan,
terlalu banyak bakteri dan kuman yang harus dikeluarkan, disucikan dari
kalangan internal masing-masing.
Revolusi Mental
Waktu
saya dalami, kandidat no 2 sebenarnya sudah memiliki landasan moral.
Revolusi mental adalah landasan moral. Berbeda dengan orang-orang yang
menyatakan “revolusi” adalah jargon komunis, saya justru melihat sebagai
jargon perubahan. Lagi pula, apa masih ada negeri komunis yang 100
persen komunis.
Tiongkok saja hanya memasang gambar palu arit
namun perilakunya Anda bisa nilai sendiri. Sementara anak emasnya,
Vietnam, menyebut dirinya sebagai: “Market Mechanism under Socialism Leadership.”
Jadi
kalau kita mau menganut landasan teori dialektika, maka kita akan gemar
konflik karena prinsipnya setiap tesis harus ditentang dengan anti
tesisnya. Impiannya, akan terjadi solusi kreatif. Nyatanya, yang terjadi
bukanlah perubahan postif, melainkan keributan tiada ujung.
Nah
teori perubahan, justru mewaspadai ancaman perubahan perlahan-lahan
(evolutif). Sebab perubahan yang perlahan-lahan itu justru berbahaya.
Lebih banyak melahirkan kepunahan (seperti yang tengah dialami
pasar-pasar tradisional) ketimbang kemajuan.
Perubahan evolutif
dalam Darwinian Theorem (bapak teori evolusi) di lain pihak juga
melanggar kodrat zaman, karena dunia tengah bergerak ke abad kecepatan
dengan teknologi digital. Bayangkan ketika kebocoran besar terjadi,
sedangkan perubahan (perbaikan) dibua perlahan-lahan, maka kapal ini
akan tenggelam.
Karena itulah landasan moral menjadi sangat penting. Nah lantas apa yang harus dilakukan capres terpilih kelak?
Terlepas
sudah ada atau belum, sudah dirumuskan atau belum, siapapun yang
terpilih harus melakukan hal ini: bekerja dengan dasar moral dan
integritas, hanya memilih orang-orang yang punya respek dan bermoral,
berani memecat anggota kabinet yang melanggar tata nilai yang
disepakati, lalu mengikat semua anggota kabinet dengan landasan moral.
Maka,
rapat kabinet pertama akan sangat menentukan langkah-langkah
selanjutnya. Apakah memilih berfoto di anak tangga istana dengan
pakaian terindah yang dibuat penjahit kenamaan dengan bahan-bahan
terbaik, atau cebur-ceburan di waduk Jatiluhur, melakukan team building
dan difoto dalam pakaian basah penuh lumpur.
Selamat memilih, dan
jangan lupa, nilailah landasan moral mereka baik-baik. Lihat
siapa-siapa saja yang tendensinya akan duduk dalam jajaran leadership
kedua kandidat. Saya mendoakan saudara akan menemukannya.
FAKTA
Fakta Argentina Versus Swiss
Selasa, 1 Juli 2014 | 16:00 WIB
GUSTAVO ANDRADE / AFP Penyerang Argentina, Lionel Messi.
KOMPAS.com - Argentina akan beradu kekuatan dengan
Swiss pada babak perdelapan final Piala Dunia 2014 di Arena Corinthians,
Sao Paulo, Selasa (1/7/2014) malam pukul 23.00 WIB. Mereka akan
memperebutkan satu tiket menuju perempat final untuk bertemu dengan
Belgia atau Amerika Serikat.
Berdasarkan statistik, Argentina
jauh lebih diunggulkan dari Swiss karena dari total enam pertemuan di
level internasional, Albiceleste belum terkalahkan. Swiss hanya mampu
menahan imbang juara dunia 1978 dan 1986 ini sebanyak dua kali.
Berikut fakta tentang Argentina dan Swiss:
-
Ini akan menjadi pertemuan ketujuh antara Argentina dan Swiss.
Argentina tak terkalahkan dalam enam pertemuan sebelumnya dengan meraih
empat kemenangan dan dua kali imbang.
- Satu-satunya pertemuan mereka di Piala Dunia terjadi pada tahun 1966, ketika Argentina mengalahkan Swiss dengan skor 2-0.
-
Setelah gagal mencetak gol dalam tujuh penampilannya di Piala Dunia,
Lionel Messi mengakhiri paceklik dengan mencetak empat gol dalam tiga
pertandingan di Piala Dunia 2014.
- Argentina selalu meraih
kemenangan di putaran kedua dalam tiga Piala Dunia terakhir. Menang adu
penalti lawan Inggris pada tahun 1998 dan mengalahkan Meksiko pada Piala
Dunia 2006 dan 2010.
- Argentina hanya satu kali gagal dalam
enam penampilannya terdahulu di babak 16 besar. Kekalahan itu dialami
ketika melawan Romania pada Piala Dunia 1994.
- Argentina
memenangi tiga dari 10 pertandingan terakhir di Piala Dunia melawan tim
dari Eropa. Sisanya mereka mengalami tiga kali kalah dan empat kali
imbang.
- Swiss sudah dua kali tersingkir di putaran kedua dalam
dua Piala Dunia sebelumnya. Mereka kalah dari Spanyol pada Piala Dunia
1994 dan disingkirkan Ukraina pada Piala Dunia 2006.
- Swiss mampu menjaga clean sheet dalam tujuh dari 10 pertandingan terakhirnya di Piala Dunia.
-
Swiss hanya satu kali menang dari enam penampilan terakhirnya di Piala
Dunia ketika melawan tim dari Amerika Selatan. Kemenangan itu diraih
atas Ekuador pada awal turnamen ini. Sisanya, Swiss mengalami empat
kekalahan dan sekali imbang.
- Xherdan Shaqiri mencetak hat-trick
bagi Swiss dalam laga melawan Honduras pada penyisihan Grup E Piala
Dunia 2014. Ini adalah hat-trick ke-50 dalam sejarah Piala Dunia.